Karena kita butuh membaca

Tentang Buku

Buku Adalah Makanan Pokok Seumur hidup kita tak akan mampu memahami, bahkan secuil ilmu pengetahuan jika hanya mengandalkan pengalaman pribadi kita sendiri, tak akan cukup waktu mengingat keterbatasan manusiawi kita. Dan buku hadir untuk membuka jendela pengetahuan dan menyajikan ribuan bahkan milyaran pengalaman yang bisa kita reguk dan pelajari tanpa kita perlu mengalaminya sendiri. Dengan secangkir teh hangat dan sebuah buku di beranda rumah, kita bisa berkunjung ke ujung dunia merasakan dinginnya jaman es, menjadi saksi kepahalawana Diponegoro melawan Belanda atau kemegahan penciptaan alam semesta : tanpa harus pergi kemana-mana. Keajaiban buku membawa kita memasuki peradaban yang makin maju.Buku adalah gudang ilmu, dan membaca adalah kuncinya. Untuk mendapatkan apa yang berada dalam gudang itu, kita harus telaten membaca. Rasanya tak terpungkiri bahwa membaca adalah aktivitas positif yang bisa membentuk karakter manusia secara utuh, baik secara mikro maupun makro.Dalam berbagai episode sejarah, selalu ada buku yang berperan. Semangat anti perbudakan di Amerika Serikat tidak bisa dilepaskan dari buku Uncle Tom’s Cabin. Ultranasionalisme yang menyulut perang dunia II juga disuburkan oleh buku seperti Mein Kampf karya Adolf Hitler. Kemunculan rezim-rezim diktator di negara-negara sosialis-komunis diawali dengan buku karya Karl Marx, Das Kapital yang kemudian dijabarkan secara operasional dalam The Communist Manifesto. Kejayaan paham kapitalis hingga detik ini mendapatkan pijakannya dari buku Adam Smith, The Wealth of Nation yang terbit tahun 1776.Buku, ilmu dan peradaban merupakan integritas yang utuh. Peradaban dan kebudayaan disangga oleh ilmu, serta buku menjadi media yang penting di antara keduanya. Dari peningkatan wawasan dan pengetahuan itu pula maka kehidupan manusia bisa mencapai kemaslahatan.Lebih dari itu, buku tak sekadar jendela dunia. Dalam lembaran buku adalah “hidup” dan “kehidupan” itu sendiri. Karena membaca adalah kegiatan yang berkelindan dengan makna teks. Para pembaca adalah pencipta bersama makna. Selain itu, membaca tak bisa dipisahkan dengan menulis.Keduanya adalah pembentuk masa depan. Keduanya juga memungkinkan perkembangan penalaran individual yang kritis dan independen. Dan ironisnya kedua hal tersebut jarang mendapat perhatian yang serius dari dunia pendidikan.Maka, mari terus bergelut dengan membaca agar dunia lebih dekat dengan kita

Buku Favorit

  • Buku Puisi
    Beberapa buku puisi Yang saya suka seperti Adonis, Luka Tunggal Sang Pecinta (Alejandra Pizarnik), Biografi Kehilangan (Dina Oktaviani), On Nothing (Sitok Srengenge).
    Dalam puisinya Alejandra pizarnik, huruf-hurufnya begitu mungil bagaikan jalan semut atau untaian kalung pasir yang sangat halus. Suasananya yang sunyi melumat tulang, penuh gairah dan cahaya dalam pengalaman dan perjalanan alam nyata. Mendedahkan sehimpun kesedihan yang meluluhkan hati. Puisi-puisinya begitu pilu menggentakkan jiwa.
  • Buku Prosa
    Seperti juga puisi prosa juga saya suka, deretan kata membikin hati kita meluapkan energi yang amat dahsyat bila megikuti alur dan diksinya.
    Ada satu karangan prosa yang amat saya suka, yaitu Sarapan Pagi Penuh Dusta (Puthut EA).
    Ketika membaca tulisannya saya dan mungkin juga kita sering diajak untuk melihat dunia nyata tapi dari sisi yang tidak terduga, berbeda tapi menarik. Penuh dengan kepekaan sosial. Rangkaian kata yang ia susun terkadang lebih berkesan daripada inti ceritanya sendiri. Setiap kali saya baca tulisannya sering berdebar-debar, deg-degan dan saya menyukai itu.
    Dalam setiap karyanya terdapat rimbun-rimbun pertanyaan, ketakutan (histeria), kesinisan dan jebakan-jebakan dan tiba-tiba saya menjadi pelakunya yang tragis tapi kadang juga solid dan terasa jengkel.
  • Buku Novel
    Saya juga senang dengan novel yang berjudul The Name of The Rose (Umberto Eco), Dunia Sophie (Jostein Gardeer) juga Najla (Byar Rufael).
    Sejujurnya saya akan mengatakan pada anda bahwa saya menyukai dunia filsafat maka otomatis saya senang ketika membaca novel Dunia Sophie yang di dalamnya menyelipkan nilai-nilai filsafat. Narasinya bergaya realistik yang berdiskusi tentang tokoh-tokoh filsafat beserta aliran-alirannya yang bertentangan diantara mereka.
    Cerita yang diusung mengajak kita untuk menjadikan orang selalu peka dalam menghargai hidup dan menelusuri sampai ke akar hidup itu sendiri. Disinilah cerita yang dibingkis realitas menyajikan lika-liku hidup syang sulit dipahami bahkan dicumbui oleh banyak orang justru buku ini hadir sebagai dramatisasi pentingnya menghidupkan kehidupan.
    Penuh misterius,, cerdas dan menggemaskan….!!!





Tidak ada komentar: