Judul Buku : Ensiklopedi Matematika
Penulis : Abdul Halim Fathani
Penerbit : AR-RUZZ MEDIA
Cetakan : 1, Mei 2008
Tebal : 540 Halaman
Peresensi : IQRO' ALFIRDAUS
Penulis : Abdul Halim Fathani
Penerbit : AR-RUZZ MEDIA
Cetakan : 1, Mei 2008
Tebal : 540 Halaman
Peresensi : IQRO' ALFIRDAUS
Sejak peradaban manusia bermula, matematika selalu memainkan perananan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan diakui atau tidak, matematika telah menjadi induk bagi terciptanya suatu peradaban. C. G. Darwin pernah menyatakan bahwa setiap penemuan baru adalah suatu bentuk matematika, oleh karena tidak ada pedoman yang kita milikli (Every new body of discovery is mathematical in form, because there is no guidance we can have ).
Pada dasarnya, perkembangan matematika telah menjadi segala dasar dari segala penciptaan apa yang telah kia nikmati di zaman sekarang ini, dan bahkan di setiap pola kehidupan kita sebagai manusia. Betapapun primitifnya suatu kelompok manusia, matematika tetap merupakan bagian dari kebudayaan, meski dalam bentuk yang sederhana. Sehingga tidak berlebihan kiranya kalau kita mengatakan bahwa ”tanpa matematika, suatu masyarakat tidak mungkin akan berperadaban dan maju selangkah demi selangkah menuju pada kesempurnaan.
Oleh arena itulah, kita dituntut untuk mempelajari dan mengetahui hakikat dan esensi matematika itu sendiri. Sebab dengan begitu, kita akan mempunyai sebuah kecerdasan logis yang baik, sehingga kita mampu berlaku rasional dalam menghadapi segala aspek kehidupan yang serba matematis ini.
Namun ironisnya, tak jarang kita menemukan kebanyakan dari masyarakat saat ini yang bernggapan bahwa matematika merupakan sebuah momok yang harus di takuti, kalau bisa dibenci saat berada di bangku sekolah. Matematika dianggap sebagai hantu yang sangat menakutkan bagi anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun, meski tanpa sebuah alasan yang jelas.
Begitu mendengar kata ” matematika” diucapkan, kening kebanyakan orang langsung berkerut. Di kepala mereka yang terbayang hanyalah angka-angka rumit yang susah dipecahkan, serta rumus-rumus yang susah dihafal dan dimengerti. Dan juga tak jarang matematika sering kali dipahami sebagai sesuatu yang mutlak, seolah-olah tak ada kemungkinan cara dan jawaban lain yang berbeda-beda. Murid-murid yang mempelajari matematika di sekolahpun menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang mesti dan sedikitpun tak boleh salah. Pendeknya, baik di sekolah maupun di rumah, matematika menjadi beban yang menakutkan.
Karena itulah mengapa masyarakat dan anak usia sekolah di negeri ini menjadi sangat kurang kemampuanya dalam bidang matematika. Dalam hasil penelitian Time programme of International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurut penelitian Ternds in International Mathematics and Science Study (TIMMS) matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara.
Padahal kalau ditilik lebih dalam lagi, berdasarkan pada penelitian yang juga dilakuakan oleh TIMMS menunjukkan bahwa jumlah pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia, hanya mendapat 120 jam dan di Singapura 112 jam.
Namun, dalam kenyataannya prestasi Indonesia dalam bidang matematika masih berada jauh di bawah prestasi yang dicapai kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya mnembus sekor rata-rata 411. Sementara itu Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, 625 = tingkat lanjut). Artinya, waktu yang dihabiskan siswa Indonesia tidak sebanding dengan prestasi yang telah diraih.
Dari situ kemudian, dapat kita simpulkan bahwa dalam bidang ke-matamatika-an, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya. Begitu juga ketertinggalan-ketertinggalan dalam bidang yang lainnya pun akan senantiasa mengekor, sebab ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa (saya ulangi) apabila kita pintar matematika berarti kita mempunyai semacam kecerdasan logis yang baik, sehingga kita dapat berlaku rasional terhadap berbagai aspek kehidupan yang sedang kita hadapi saat ini. Dan bahkan ada yang mengatakan “apabila seorang pintar matematika, berarti ia adalah orang cerdas”. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam menetukan langkah kita ke dapan demi tercapainya suatu “kesempurnaan”. Sebab itulah kita dituntut untuk mempelajari matematika secara lebih mendalam.
Namun, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana kita bisa memahami hakikat dan esensi matematika itu sendiri, tentunya dalam sebuah masyarakat yang telah menganggap matematika sebagai suatu momok yang sangat mengerikan, dan bahkan telah dianggap sebagai beban?
Sebagai langkah awal untuk mencintai dan memahami matematika, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui dan mengenal sejarah kehidupan tokoh-tokoh matematika dalam menemukan dan mengotak-atik segala problem matemtika. Sebab dipungkiri atau tidak, matetika juga seperti aspek kehidupan manusia lainnya, memiliki sisi lain yang tak terpisahkan, yang tidak lain adalah sejarah itu sendiri.
Maka dari itulah, buku yang berjudul “Ensiklopedi Matematika” ini menjadi sangat penting. Buku ini hadir sebagai tongkat bagi kita untuk kita bisa merancang masa depan kehidupan kita. Dengan memahami pola hidup dan proses pencarian para tokoh matematika, kita akan belajar untuk berkehidaupan dan mempertahankan diri dalam setiap tantangan kehidupan. Karena memang tidak bisa di pungkiri bahwa kehidupan kita adalah sebuah kehidupan yang serba matematis. Dengan kata lain, kita sekarang hidup atas dasar prinsip-prinsip matematis yang sangat membantu kita dalam berkehidupan dan berkebudayaan.
Pada dasarnya, perkembangan matematika telah menjadi segala dasar dari segala penciptaan apa yang telah kia nikmati di zaman sekarang ini, dan bahkan di setiap pola kehidupan kita sebagai manusia. Betapapun primitifnya suatu kelompok manusia, matematika tetap merupakan bagian dari kebudayaan, meski dalam bentuk yang sederhana. Sehingga tidak berlebihan kiranya kalau kita mengatakan bahwa ”tanpa matematika, suatu masyarakat tidak mungkin akan berperadaban dan maju selangkah demi selangkah menuju pada kesempurnaan.
Oleh arena itulah, kita dituntut untuk mempelajari dan mengetahui hakikat dan esensi matematika itu sendiri. Sebab dengan begitu, kita akan mempunyai sebuah kecerdasan logis yang baik, sehingga kita mampu berlaku rasional dalam menghadapi segala aspek kehidupan yang serba matematis ini.
Namun ironisnya, tak jarang kita menemukan kebanyakan dari masyarakat saat ini yang bernggapan bahwa matematika merupakan sebuah momok yang harus di takuti, kalau bisa dibenci saat berada di bangku sekolah. Matematika dianggap sebagai hantu yang sangat menakutkan bagi anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun, meski tanpa sebuah alasan yang jelas.
Begitu mendengar kata ” matematika” diucapkan, kening kebanyakan orang langsung berkerut. Di kepala mereka yang terbayang hanyalah angka-angka rumit yang susah dipecahkan, serta rumus-rumus yang susah dihafal dan dimengerti. Dan juga tak jarang matematika sering kali dipahami sebagai sesuatu yang mutlak, seolah-olah tak ada kemungkinan cara dan jawaban lain yang berbeda-beda. Murid-murid yang mempelajari matematika di sekolahpun menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang mesti dan sedikitpun tak boleh salah. Pendeknya, baik di sekolah maupun di rumah, matematika menjadi beban yang menakutkan.
Karena itulah mengapa masyarakat dan anak usia sekolah di negeri ini menjadi sangat kurang kemampuanya dalam bidang matematika. Dalam hasil penelitian Time programme of International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Sementara itu, menurut penelitian Ternds in International Mathematics and Science Study (TIMMS) matematika Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 38 negara.
Padahal kalau ditilik lebih dalam lagi, berdasarkan pada penelitian yang juga dilakuakan oleh TIMMS menunjukkan bahwa jumlah pelajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa kelas 8 di Indonesia rata-rata mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia, hanya mendapat 120 jam dan di Singapura 112 jam.
Namun, dalam kenyataannya prestasi Indonesia dalam bidang matematika masih berada jauh di bawah prestasi yang dicapai kedua negara tersebut. Prestasi matematika siswa Indonesia hanya mnembus sekor rata-rata 411. Sementara itu Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, 625 = tingkat lanjut). Artinya, waktu yang dihabiskan siswa Indonesia tidak sebanding dengan prestasi yang telah diraih.
Dari situ kemudian, dapat kita simpulkan bahwa dalam bidang ke-matamatika-an, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju lainnya. Begitu juga ketertinggalan-ketertinggalan dalam bidang yang lainnya pun akan senantiasa mengekor, sebab ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa (saya ulangi) apabila kita pintar matematika berarti kita mempunyai semacam kecerdasan logis yang baik, sehingga kita dapat berlaku rasional terhadap berbagai aspek kehidupan yang sedang kita hadapi saat ini. Dan bahkan ada yang mengatakan “apabila seorang pintar matematika, berarti ia adalah orang cerdas”. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam menetukan langkah kita ke dapan demi tercapainya suatu “kesempurnaan”. Sebab itulah kita dituntut untuk mempelajari matematika secara lebih mendalam.
Namun, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana kita bisa memahami hakikat dan esensi matematika itu sendiri, tentunya dalam sebuah masyarakat yang telah menganggap matematika sebagai suatu momok yang sangat mengerikan, dan bahkan telah dianggap sebagai beban?
Sebagai langkah awal untuk mencintai dan memahami matematika, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui dan mengenal sejarah kehidupan tokoh-tokoh matematika dalam menemukan dan mengotak-atik segala problem matemtika. Sebab dipungkiri atau tidak, matetika juga seperti aspek kehidupan manusia lainnya, memiliki sisi lain yang tak terpisahkan, yang tidak lain adalah sejarah itu sendiri.
Maka dari itulah, buku yang berjudul “Ensiklopedi Matematika” ini menjadi sangat penting. Buku ini hadir sebagai tongkat bagi kita untuk kita bisa merancang masa depan kehidupan kita. Dengan memahami pola hidup dan proses pencarian para tokoh matematika, kita akan belajar untuk berkehidaupan dan mempertahankan diri dalam setiap tantangan kehidupan. Karena memang tidak bisa di pungkiri bahwa kehidupan kita adalah sebuah kehidupan yang serba matematis. Dengan kata lain, kita sekarang hidup atas dasar prinsip-prinsip matematis yang sangat membantu kita dalam berkehidupan dan berkebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar